Kamis, 13 April 2023

Ramadan Kedua tanpa Bapak

Bismillahirrahmanirrahiim, 


Alhamdulillah, sudah 22 hari kita menjalankan ibadah puasa. Ramadan tahun ini sama seperti Ramadan tahun kemarin, serasa ada yang hilang dan mengganjal dalam dada. Ada kerinduan yang tak pernah berujung apalagi ketika momen Ramadan dan Idul Fitri datang. 


Dua tahun lalu, bapak sudah pergi, sudah tidak bisa lagi kita bertemu atau buka bersama, biasanya kami sering berkumpul, bahkan sering. Namun sekarang saya hanya bisa mengunjungi pusaranya dan memanjatkan doa pada yang maha kuasa supaya bapak diberikan kebahagiaan di alam sana. 




Life must goon, itu yang selalu saya tekankan pada diri sendiri. Bahwa saya tetap harus hidup dan menjalankan hidup meski sulit dan pedih, bapak sudah berangkat duluan dan kami yang masih di dunia ini sedang menunggu antrian, kita semua juga akan kembali pada NYA. 


Flash back masa kecil suka teringat. Ketika saya susah bangun sahur, bapak yang bangunkan bahkan sampai digendong untuk bangun dan makan sahur. Bermain dan jalan - jalan sore ngabuburit bareng bapak, beli kolak dan jajanan khas Ramadan. Teringat juga ketika kecil dulu, beli baju lebaran bersama mamah, bapak dan kedua adik. Ah, rindu sekali. 


Sekarang, saya yang harus kuat. Saya kakak perempuan pertama dan anak perempuan satu - satu nya yang harus menggantikan bapak memberikan banyak perhatian untuk mamah. Saya saja patah hatinya ditinggalkan bapak , tidak kebayang bagaimana perasaan mamah kehilangan separuh jiwanya. 


Baca : 14 Hari Tanpa Bapak, Patah Hati 


Kini, hanya bisa panjatkan banyak doa. Karena doa adalah satu - satu nya cara untuk menyampaikan rasa sayang dan untuk memeluk bapak dari kejauhan. Kehidupan kami sudah berbeda, berlainan. Tidak lagi ada satuan jarak tempuh dan waktu, tidak ada alamat yang bisa kami tuju untuk bertemu bapak, yang ada hanya pusara bertuliskan namanya. 




Bapak, dua tahun sudah berlalu. Ramadan kami masih saja sama namun bedanya tanpa mu saja, pak. Kerinduan yang tak terbendung ini membuat hati yang patah ini susah untuk sembuh. 


Baca: Surat untuk bapak


Kini, hanya bisa menjaga belahan jiwamu, mamah. Orang yang selalu bapak sayang, kami akan selalu menjaga mamah, membahagiakannya semampu saya. 


JANGAN ADA PENYESALAN SETELAH KEHILANGAN.

BAHAGIAKAN  YANG MASIH ADA SEMAMPUNYA!!! 




Kehilangan orang tua adalah fase paling berat untuk dijalani, fase paling menyakitkan untuk saya lalui. Namun tetap harus dilalui, karena takdir takkan bisa kita lewati begitu saja. 


Kematian adalah akhir dari kehidupan, kematian adalah bagian akhir, sebagai awal baru yang penuh dengan haru. 


Semoga bapak selalu diberikan ampunan oleh Allah Subhanahuwata'ala. 


Aamiin

1 komentar

  1. Bulan Ramadan menjadi momen sakral bagi beberapa orang, berkumpul dengan keluarga dan bahagia karena akhirnya bisa bersama-sama. Buat beberapa orang yang salah satu anggota keluarganya tidak ada pasti sedih, semoga tenang bapaknya di sana, yang tabah, Mbak.

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Mohon maaf komentarnya dimoderasi, oiya kalau komentarnya ada link hidup dengan berat hati saya hapus komentarnya yah.
EmoticonEmoticon