Bismillahirrahmanirrahim,
Suara takbir menggema, terus menerus tanpa rasa lelah. Saling bersahutan, semua orang bergembira menyambut bulan Syawal, hari kemenangan.
"Allahu Akbar, Allahu Akbar Allahu Akbar, Laa-illaha illalahu wa allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd"
Sementara iyang disini, sekuat tenaga menguatkan diri agar tidak terlihat rapuh didepan mamah, supaya air mata ini tidak keluar. Padahal hati sudah rapuh, tangisan ini sudah ingin pecah. Namun saya harus kuat, anak perempuan pertama tidak boleh rapuh, harus kuat.
Lebaran tahun ini, ratusan hari tanpa bapak.
Lebaran tahun ini, tidak akan ada lagi yang meminta nambah menikmati ketupat dan sayur opor masakan mamah.
Lebaran ini, tidak ada lagi yang tersenyum lebar ketika menikmati manisan kolang - kaling.
Lebaran tahun ini tidak ada lagi yang keliling nyari cucunya untuk memberikan THR.
Lebaran pertama tanpa bapak, lebaran yang pastinya beda dengan lebaran tahun sebelumnya.
Dada ini sesak, tak kuat ingin segera meledakkan tangisan.
Dalam hati terlintas kata " Ya Rabb, tahun lalu hamba masih bisa merasakan lebaran bersama bapak, namun tidak tahun ini" .
Rindu ini sudah tak terbendung lagi. Tangisan dan doa yang bisa dilakukan, hanya itu.
Masih ingat ketika adik ipar menelepon mengabarkan bahwa bapak sudah tiada, hati ini hancur berkeping - keping dan sampai sekarang masih saja hancur, sudah coba saya susun namun hancur lagi ketika badai rindu menerjang. Ikhlas, sudah ku ikhlaskan dari awal kepergian bapak. Semoga bapak tenang dan mendapatkan rahmat ALLAH Azza Wa Jalla , aamiin.
Sekarang saya hanya bisa mengirimkan doa untuk bapak, menitipkan semua salam dan kerinduan hanya dengan doa dan air mata.
Kepergian bapak, membuat Iyang paham bahwa rindu yang paling menyakitkan adalah merindukan seseorang yang sudah tiada, kepergian bapak mengajarkan bahwa Allah Azza Wa Jalla selalu ada untuk mendengarkan semua doa dan segenap harapan.
Bapak, meskipun bapak sudah pergi untuk selamanya dan takkan pernah kembali lagi, namun bapak akan selalu ada dalam hati, bapak akan selalu ada dalam setiap doa dan istighfar Iyang pak, akan selalu pak.
Pak, izinkan Iyang memberikan puisi untuk bapak di lebaran ini.
Takbiran yang syahdu, mengalun silih berganti
Sejak awal takbiran sambil hendak berganti adzan subuh, perasaan ini tetap sama
Sedih, dan ada lara yang menyeruak dalam dada, melesak dan makin menyesak.
Tahun ini
Kali pertama lebaran tanpa kehadiran bapak
Sudah berulang kali ku tepiskan rasa sedih ini
namun tetap saja, air mata tak mampu kutahan lagi
Rindu yang kian menghujam, sadis sekali.
Bapak, tahun ini kita tak bersama
Untaian doa dan istighfar yang selalu kuucapkan untuk melunturkan semua rindu
Doa anak mu takkan pernah putus dan ikhlas ini yang akan selalu menjadi lentera mu, pak.
Lebaran tahun ini
Hanya bisa mendatangi kuburanmu, pak
Menghujani dengan doa
Membersihkan pusara dan menyimpan setangkai bunga, sebagai pemanis rindu bukan sebagai syarat apapun
Pak, mungkin adik - adik lain tidak se melankolis Iyang
Namun anak - anakmu berbeda dalam merefleksikan kerinduan
Cara kami berbeda pak
Namun kami tetap sayang dan selalu sayang bapak
Bapak,
kita memang sudah terpisah raga, itulah yang nampak
Namun rasa hati tetap sama
Bapak, selamat lebaran
Semoga kelak kita bisa dipertemukan kembali
Kami, anak - anakmu selalu mencintai dan menyayangimu, pak
Kami akan selalu menghantarkan doa untuk mu, untuk menjadi lentera bapak disana.
Bandung, 02 Mei 2022
Anak perempuanmu, Tian Lustiana
Al Fatihah untuk Bapak
BalasHapusAku butuh waktu 2 tahun untuk bisa bebas lepas dari rasa itu
Sebelum itu mah aya wae nu bikin termehek-mehek