Kamis, 17 April 2014

menelaah dari dua sisi kasus DINDA KRL

zaman sekarang, berita lebih cepat tersebar melalui sosial media, baik melalui facebook, twitter, path dan social media lainnya. Berita apapun cepat bagaikan kilat jika sudah di re share oleh para penikmat social media. 

Sekarang nih yang lagi nge hits itu, path dari seorang anak gadis bernama Dinda, dia sepertinya kesal terhadap ibu hamil dan lahirlah kecaman Dinda terhadap ibu hamil, namun tanpa Dinda pikirkan sebelumnya, kalau ternyata path dia bisa menyebarluas dan mengundang berbagai kecaman dan kekecewaan dari pengguna social media lainnya, terutama para wanita. 





Hmmm banyak banget yang ngecam Dinda, ada yang bilang dia ga punya perasaan lah, ada yang bilang kebangetan lah, pokoknya kecaman negatif banyak banget deh sama Dinda. Kasian juga sih sama Dinda ini, mungkin sekarang hatinya sedang ga enak, merasa bersalah dan merasa berdosa atau malah sebaliknya, entahlah. 

Coba saya telaah dari dua sisi, dari sisi yang mengecam Dinda, otomatis dari sisi para wanita dan para ibu hamil yah, yaitu : 

Dinda terkesan tidak memiliki hati, ga respect terhadap ibu hamil, coba deh kalau dia hamil nanti, pasti akan merasakan hal yang serupa. Dalam pandangan ini semuanya benci Dinda, gadis tak punya hati yang tidak memiliki simpati terhadap ibu hamil. Asal Dinda tahu yah, kondisi fisik bumil itu lemah, mudah capek, tahu kan? 

Dan mari kita telaah dari sisi sebagai  orang yang membela Dinda, atau sebagai anak gadis, 

Mungkin Dinda sedang sedang sensitif, capek atau hal lainnya yang membuat emosi jiwanya, atau mungkin Dinda memang tak berniat dengan sungguh - sungguh menulis status itu.  .


 Nah, kira - kira begitulah kalau dilihat dan ditelaah dari dua sisi. Saran saya untuk semua pengguna social media, tidak hanya untuk Dinda. 

1. Pergunakan social media dengan positif, bukan untuk mencaci maki, menghasud atau bahkan teror meneror.
2. Lebih baik berada dalam lingkaran aman, maksudnya sortir deh teman - teman dalam social media anda, pilah dan pilih, yang gak kenal mending hapus aja deh atau yang meragukan mending delete aja, hal ini untuk mengantisipasi hal - hal yang tidak diinginkan. 

Jika teman - teman ada yang ingin menambahkan lagi, silahkan lho dengan senang hati saya terima yah..

Beredar kabar lagi, dan saya baca dari social media juga, Dinda sudah meminta maaf, aah syukurlah, berarti emang Dinda kala itu lagi bete, emosi jadi khilaf deh. Mudah - mudah an kasus Dinda ini menjadi pembelajaran untuk kita semua. Nah kalau di Jepang, ada lho etika naik kereta api,coba kita lihat manner yang diterapkan di Jepang,: 

1. Silent handphone
2. Tidak melakukan aktifitas yang berhubungan dengan telepon selama dalam kereta
3. Tidak makan dan minum dalam kereta
4. Priority seat hanya untuk manula, ibu hamil dan orang tua yang membawa bayi
5. Tidak duduk dilantai kereta 


Di Indonesia pun kayaknya memiliki manner yang sama, namun karena sering dilanggar, jadi ya gitu deh. Nah adakan priority seat , masih berhubungan dengan kasus Dinda, semoga Dinda tahu fungsi dari priority seat yah, kalau Dinda belum tahu, coba tanya sama petugas KAI saja. 

Dari kasus Dinda ini, marilah belajar empati terhadap sesama. Bukan hanya di KRL, hal ini bisa kita terapkan di bis, karena rasa kemanusiaan itu hadir dalam lubuk hati masing - masing, maka dari itu pentingnya mengajarkan rasa berbagi sejak dini terhadap anak. 




22 komentar

  1. mgk dindanya lagi PMS hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Dinda hanya lg ga stabil emosinya hehe

      Hapus
  2. baru tau ada kasus ini... mangkanya di K dibahas nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini dr kemarin mas hebohnya hehe, cuman baru saya telaah aja hehe

      Hapus
  3. Niat hati mau curhat malah jd bulan2an di socmed :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, kasian juga sih ya akhirnya jd kyk gini

      Hapus
  4. Dan ternyata pembelaan Dinda dia ini mempunyai kekhususan alias difable. Hal yang enggak dia ungkit sebelumnya. Kalaupun dia sebutkan sebelumnya belum tentu juga mengundang sedikit lebih banyak simpatik. Intinya, kalau mau nyetatus, better dipikir dulu. Asumsiku, Dinda ini saking keselnya, dan 'nyetatus begitu'. Well, apapun itu, Dinda sudah menerima banyak kecaman dari sana sini. Belum tentu juga kalau kita ada di tempat yang sama dengan Dinda pada waktu kejadian itu bakal ngasih tempat duduk. Bukan egois, mungkin ada alasan lainnya. *CMIIW* Mudah-mudahan yang diingat orang banyak adalah hikmahnya, bukan sang pemilik status. Ga tega bayangin dia dimusuhin seumur hidupnya. Kasian masa depannya. *Eh, boleh dong punya sudut pandang begini? :D* Maaf ya Tyan, komenku kepanjangan banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hm, mngkin Dinda juga penumpang yg harus dpt prioritas (kl mmg benar difabel).

      Tp kl Dinda bilang ibu hamil itu manja dan pemalas, mlh jd paradoks. Cz kl ibu hamil itu manja dan pemalas, y dia gak bkl berangkat kerja. ^_^

      Well, dua sisi harus kita cermati agar tdk keburu men-judge slh satu pihak. Saya juga spkat bhwa yg harus kita ingat adl hikmahnya dan bukan orangnya.

      *Eh, balesannya kepanjangan juga ya?

      Hapus
    2. Teh efi : emg bener ya dinda itu difable?kasian jg sm dia, masih muda juga,pasti psikisnya goncang akibat bully yg diserangkan utknya, dan benar jg kata mas pri kl yg hrs kita ambil hikmahnya saja, jd semakin banyak tuh yg kita pelajari,ttg empati thd sesama, hehe makasih ya udh pd berkunjung

      Hapus
    3. Teh efi : emg bener ya dinda itu difable?kasian jg sm dia, masih muda juga,pasti psikisnya goncang akibat bully yg diserangkan utknya, dan benar jg kata mas pri kl yg hrs kita ambil hikmahnya saja, jd semakin banyak tuh yg kita pelajari,ttg empati thd sesama, hehe makasih ya udh pd berkunjung

      Hapus
    4. Dari akun di pathnya dia bilang tulangnya bergeser gitu, makanya dia bela-belain nyubuh. Pastinya tulang yang bergeser gitu bukan ujug-ujug, tapi ada sebabnya. Mungkin tidak kentara tanpa bantuan kruk, wallahualam. Hal yang ga disadari sama orang lain. Itu dia makanya mungkin teman-teman dekatnya rame-rame belain dia. Tanpa harus menjudge melulu Dinda, jadi pelajaran buat kita juga aagr ga gampak reaktif, ya. ^_^

      Hapus
    5. bener juga sih, makanya aku coba ditelaah dari dua sisi, yah memang semua ini seharusnya menjadi pelajaran berharga untuk kita semua, supaya bisa lebih empati dan tidak ce[at reaktif itu tadi,, makasih tetehku

      Hapus
  5. nice posting mba.. salam kenal ya :)

    BalasHapus
  6. Mudah-mudahan abis ini banyak yang menyadari pentingnya priority seat untuk digunakan orang yang betul-betul prioritas

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya mak benar sekali, priority seat nya harus digunakan tepat sasaran :), terimakasih mak

      Hapus
  7. kemarin sore habis baca,sempat mikir,,kok sampe kepikiran sejauh itu yaaa....sape sekarang masih mikir hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangan banyak mikir ah say tar pusing ahhaha

      Hapus
  8. sejenak sempat mengeryitkan kening... namun aku takut nimbrung, just watching so far away... at last ambil inti positifnya ya Mak, lewat artikel ini juga dapat pencerahan..hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. syukurlah kalau dpt pencerahan, heheh secerah hari ini :D

      Hapus
  9. banyak hikmah yang bs diambil dr kasus Dinda. Saya selama ini cm mengamati.

    Memang miris kalau melihat seseorang tdk py empati. Tp ketika kemudian diketahui Dinda adlh seorang difabel spt yg Mak Efi blg, di satu sisi ada yg bs saya maklumi.

    Ambil positifnya aja deh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah benar sekali mak myra, memaklumi emang seharusnya begitu, kalaupun dia tdk difabel juga sih kasian, jiwanya masih mudah, kebayang dibully rame - rame yah :(

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Mohon maaf komentarnya dimoderasi, oiya kalau komentarnya ada link hidup dengan berat hati saya hapus komentarnya yah.
EmoticonEmoticon